Oleh: Hanna Wita Astaranti (Volunteer Panda Mobile) & Natalia Trita Agnika
Salah satu tujuan dari upaya konservasi alam adalah mewujudkan alam yang lestari dan kehidupan yang lebih baik bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Ya, alam ini sebenarnya bukan merupakan warisan untuk anak cucu kita. Alam ini sesungguhnya adalah pinjaman dari mereka, jadi kita wajib menjaganya karena mereka berhak menikmati alam yang lestari.

Proses memperkenalkan alam dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya sumber daya alam dalam sebuah ekosistem kehidupan kepada anak-anak dapat dilakukan melalui berbagai cara. Namun cara yang paling efektif adalah melalui berbagai kegiatan menarik yang lekat dengan kehidupan anak-anak. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Panda Mobile WWF-Indonesia. Truk edukasi lingkungan hidup milik WWF-Indonesia ini mendatangi sekolah dan area publik dalam upaya menyebarkan virus konservasi, terutama kepada anak-anak.
Berbagai gambar satwa dilindungi yang menghiasi truk membuat anak-anak sangat tertarik. Belum lagi kabin belakang truk yang dapat dibuka dan diubah menjadi panggung, tempat menonton film, dan perpustakaan membuat anak-anak makin bersemangat dalam setiap kunjungan Panda Mobile, seperti kunjungan ke Rhendawa English School, Cilegon, Jawa Barat pada Rabu (20/07) yang lalu.
Sebanyak 180 siswa SD dan SMP Rhendawa English School mengikuti kegiatan Panda Mobile. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, yaitu SD dan SMP. Siswa SD mendengarkan storytelling yang dibawakan oleh Kak Ryan di halaman sekolah. Cerita tentang bayi orangutan yang kehilangan orangtuanya karena campur tangan manusia yang merusak hutan membuka wawasan para siswa bahwa untuk menyelamatkan satwa, manusia harus menjaga hutan dengan baik.
Pada saat yang bersamaan, para siswa SMP melakukan diskusi film bersama fasilitator dari Panda Mobile di salah satu ruang kelas. Mereka khidmat menonton film “We Are Connected” dan “The Man”. Diskusi tentang film tersebut dan apa hubungannya dengan kondisi alam saat ini menjadi bahan untuk didiskusikan bersama-sama usai menonton film. Siswa kelas 4-6 SD juga berkesempatan menonton film “Pemburu Harimau” dan “WWF Gajah Sumatera” kemudian mendiskusikannya. “Apa yang membuat gajah banyak diburu manusia?” tanya Daniel, salah satu siswa kelas 4 SD. Teman-teman sekelasnya menjawab bahwa gading gajah dinilai berharga oleh manusia sehingga diburu.
Tak hanya teori, tim Panda Mobile juga mengajarkan kepada anak-anak cara membuat tanaman hidroponik. Sebelum praktek berlangsung, siswa diberikan pemahaman tentang hidroponik yang dapat mengalirkan air sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Hasil dari pembuatan hidroponik tersebut disimpan oleh pihak sekolah untuk dijadikan materi pembelajaran siswa.
Rasa ingin tahu para siswa tentang berbagai satwa yang dilindungi di Indonesia terpuaskan melalui kegiatan pengenalan satwa. Mereka juga membaca aneka buku yang terdapat di perpustakaan Panda Mobile.
Bila berhadapan dengan anak-anak, salah satu cara efektif untuk memasukkan nilai-nilai konservasi adalah melalui permainan. Maka tak heran para siswa nampak bersemangat ketika diajak bermain ular tangga raksasa dengan tema gajah. Setiap tiba di kotak yang terdapat informasi seputar gajah, mereka membacanya dengan seksama.
Kegiatan Panda Mobile seperti yang dilakukan di Rhendawa English School tersebut terus-menerus dilakukan di sekolah lain maupun di area publik lainnya. Anda pun dapat turut menyebarkan pesan konservasi kepada anak-anak dengan mengundang Panda Mobile melalui wwf.id/pandamobile. Harapannya, anak-anak yang sudah mendapat edukasi konservasi secara benar dapat menjadi generasi penerus konservasi. Mari kita tumbuhkan anak Indonesia yang ceria dan cinta lingkungan. Selamat Hari Anak Nasional.
Source : http://www.wwf.or.id/?49682/Mencetak-Generasi-Penerus-Konservasi