Pada Jumat, 19 Juli 2024, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY bekerjasama dengan Sekretariat Bersama Satuan PendidikanAman Bencana (Sekber SPAB) DIY menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kebencanaan di kalangan siswa. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mengisi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), sebuah program wajib yang dirancang untuk membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan mengenali berbagai aspek penting yang akan mereka hadapi selama masa pendidikan.

Pada kegiatan ini, Sekber SPAB menggandeng berbagai lapisan masyarakat yang tergabung dalam komunitas atau forum, salah satunya adalah PSBA UGM. Kolaborasi ini menunjukkan betapa pentingnya sinergi antara berbagai pihak dalam penanggulangan bencana. Keterlibatan universitas, komunitas, dan instansi pemerintah menunjukkan bahwa penanggulangan bencana bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja, melainkan tugas bersama yang membutuhkan kerja sama dan koordinasi yang baik.

Salah satu sekolah yang berpartisipasi dalam kegiatan ini adalah SMA Negeri 1 Banguntapan. Di sekolah ini, para siswa menerima materi dasar kebencanaan dengan tema khusus tentang gempa bumi. Kegiatan ini mencakup penayangan video tentang gempa bumi, pelatihan cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa, dan praktek menyanyikan lagu gempa bumi dengan gaya yang diharapkan dapat menanamkan pemahaman tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana.

Muhammad Irfan Nurdiansyah, perwakilan dari Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada (PSBA UGM), menjadi salah satu narasumber utama dalam kegiatan ini. Irfan menjelaskan bahwa konsep penanggulangan bencana sangat sederhana, yakni dimulai dari kesadaran diri. Dalam sesi interaktifnya, Irfan meminta lima siswa untuk maju ke depan guna memberikan analogi tentang pentingnya pemahaman mengenai bencana. Satu siswa memegang botol kosong sementara empat siswa lainnya berdiri dengan membelakangi pelempar botol. Botol tersebut dianalogikan sebagai bencana, dan siswa yang tidak melihat botol dianalogikan sebagai orang yang tidak memahami bencana. Ketika botol dilemparkan, dua dari empat siswa terkena botol dan diibaratkan sebagai korban bencana. Kemudian, keempat siswa berbalik badan menghadap pelempar botol, dan ketika botol dilemparkan lagi, mereka dapat menghindarinya. Dari demonstrasi ini, Irfan menyimpulkan bahwa ketika seseorang mengetahui apa itu bencana, kapan terjadinya, dan karakteristiknya, mereka bisa menyelamatkan diri. Inilah pentingnya pemahaman terhadap bencana.

Suranten, perwakilan guru dari SMA Negeri 1 Banguntapan, menyampaikan bahwa pemahaman dasar kebencanaan ini sangat penting bagi para siswa. “Kegiatan ini bukan pertama kali dilakukan, pengenalan dasar bencana pada MPLS ini sudah dilakukan rutin setiap tahun sejak 2022,” ujarnya. Menurut Surkinah, pengetahuan ini membantu siswa untuk lebih siap dan tanggap dalam menghadapi situasi darurat, dan dalam MPLS tahun ini diikuti 242 murid.

Pentingnya kolaborasi dalam penanggulangan bencana tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan menggandeng berbagai pihak, informasi dan pengetahuan tentang bencana dapat disebarluaskan lebih efektif. Universitas, misalnya, dapat memberikan pengetahuan ilmiah dan teknis yang mendalam tentang berbagai jenis bencana dan cara menanggulanginya. Sementara itu, komunitas lokal memiliki pemahaman yang baik tentang kondisi dan karakteristik wilayah mereka, sehingga dapat memberikan kontribusi berharga dalam merancang strategi penanggulangan bencana yang tepat guna. Instansi pemerintah, di sisi lain, memiliki kewenangan dan sumber daya yang diperlukan untuk mengimplementasikan kebijakan dan program penanggulangan bencana secara luas.

Kegiatan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Banguntapan ini merupakan contoh nyata bagaimana kolaborasi yang baik dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan pengetahuan masyarakat tentang bencana. Dengan melibatkan siswa dalam kegiatan interaktif dan edukatif, diharapkan mereka dapat menjadi agen perubahan yang akan menyebarkan kesadaran kebencanaan di lingkungan mereka. Selain itu, program seperti ini juga dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk mengintegrasikan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum mereka, sehingga lebih banyak generasi muda yang siap menghadapi bencana.

Kesimpulannya, kegiatan yang diselenggarakan oleh Dikpora DIY dan Sekber SPAB DIY di SMA Negeri 1 Banguntapan menunjukkan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam penanggulangan bencana. Dengan melibatkan siswa, guru, universitas, dan komunitas lokal, pengetahuan dan kesadaran tentang bencana dapat ditingkatkan secara signifikan. Inisiatif seperti ini sangat penting untuk membentuk masyarakat yang lebih tangguh dan siap menghadapi berbagai bencana yang mungkin terjadi di masa depan. Edukasi dan kesiapsiagaan bencana harus menjadi prioritas bersama untuk mengurangi risiko dan dampak dari bencana yang tidak bisa dihindari.

Kreator: Muhamad Irfan Nurdiansyah dimana beliau adalah orang yang tertarik pada bidang ilmu kebencanaan. Berpengalaman 7 Tahun bekerja di LSM bidang kebencanaan. Beretos kerja tinggi dan berpengalaman memimpin tim dalam banyak proyek sosial. Saat ini menempuh pendidikan Magister Manajemen Bencana di Universitas Gadjah Mada.

Sumber : https://www.kompasiana.com/irfannurdiansyah5246/669a01a734777c78bb1b57d3/sekber-spab-diy-bersama-psba-ugm-sampaikan-materi-dasar-bencana-ke-murid-baru-sma-negeri-1-banguntapan?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Mobile

 

 

Leave a Reply